..:: SELAMAT DATANG DI BLOG BIOSKOP TRANSPARANT ! Anda dapat Mendownload Film, Membaca Cerita, Belajar by Tutorial, Semoga Menyenangkan ::..

Menu Utama

Jumat, 19 Oktober 2012

Ayahku

Kriiing! Bel sekolah dibunyikan oleh pak Kardiman, salah satu petugas di sekolah kami. Berarti jam istirahat telah usai.

"Selamat siang anak-anak," sapa bu Nancy, guru bahasa Indonesia kami yang cantik.

"Selamat siang Bu," ucapku dan anak-anak sekelas.

"Sebelum kita memulai pelajaran, ibu akan memberik kalian tugas," ucap bu Nancy.

"Kok ada tugas terus sih Bu?" seru Aldo yang mendapat dukungan dari anak-anak sekelas.


"Tugas ini akan Ibu pakai untuk menambah nilai ulangan kalian minggu lalu yang jelek. Tugas kalian mengarang di kertas folio tentang pekerjaan orang tua kalian. Bisa ayah atau ibu kalian, bisa juga keduanya. Boleh ditulis tangan atau diketik dengan komputer. Setelah itu, kalian akan membacanya di depan kelas sesuai nomor absen. Besok sudah harus selesai. Jelas semua?" tanya bu Nancy.

"Jelas!" seru anak-anak sekelas.

"Buka buku paket halaman 41," ucap bu Nancy.

Ya ampun, bagaimana ini? Aku bingung. Sungguh. Ingin rasanya segera sampai di rumah.

***

Aku sudah sampai di rumah. Aku melihat Doni, adikku, tidur pulas di kasur kami. Ya, kasur kami. Karena ayah, ibu, aku, dan Doni tidur dalam kamar yang sama.

Menyedihkan mungkin. Karena itulah aku tidak pernah mengajak temanku main ke rumah.

"Sudah pulang Din?" tanya ibu.

"Sudah Bu," jawabku.

"Kamu makan dulu, ada tumis tauge dan tempe. Habis gitu tidur saja, Doni besok libur. Jadi, kamu tidak perlu membantu dia mengerjakan PR," ucap ibu.

"Iya," jawabku. Aku menuju meja makan dengan lunglai.

***

Setelah puas tidur, aku bangun. Aku berpikir, apa yang haruas kuceritakan pada teman-teman besok.

Coba bayangkan. Ayahku hanyalah pedagang gorengan di perempatan jalan, yang setiap hari selalu bekerja menguras keringat. Pasti jauh berbeda dengan ayah teman-temanku, yang bekerja di ruang ber-AC.

Apalagi ibuku. Ibu hanyalah seorang kuli cuci yang mencuci pakaian para mahasiswa yang kos di rumah ujung jalan. Yang setiap hari bekerja keras, berbeda dengan ibu temanku yang bekerja kantoran.

Apa aku membolos saja? Tidak! Aku tidak boleh jadi pengecut. Lagipula nanti malah tidak dapat nilai.

Akhirnya kuputuskan untuk bercerita di depan kelas dan mulai membuat karangan sekarang.

***

Dinar kembali ke tempat duduknya. Berarti sekarang giliranku. Aku tegang. Amat tegang.

"Nomor absen 18, Dinda," panggil bu Nancy.

"Ya Bu," jawabku seraya melangkah ke depan.

Dan aku mulai bercerita...

"Saya Dinda. Kedua orang tua saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga. Ayah saya adalah seorang penjual gorengan di perempatan jalan. Beliau selalu bekerja memeras keringat. Satu persatu tangannya yang cekatan memasukkan adonan ke dalam wajan untuk digoreng. Jenisnya beraneka macam. Ada ubi goreng, tempe goreng, tahu isi, risoles, singkong goreng, dan pisang goreng. Ayah selalu melayani pembeli dengan ramah. Karena itu, banyak yang menyukai gorengan ayah yang murah tapi renyah itu."

"Sedangkan ibu saya adalah seorang kuli cuci. Ibu mencuci baju para mahasiswa di rumah ujung jalan setiap pagi. Tapi, apa pun pekerjaan mereka, asalkan halal, saya selalu mendukung. Dan yang terpenting, saya menyayangi mereka," ceritaku.

Selesai sudah. Kini anak-anak sudah tahu rahasiaku. Pasti mereka menertawaiku.

Plok-plok-plok. Suit, suit!

Anak-anak bertepuk tangan. Terlihat pandangan kagum dan simpati padaku. Bu Nancy juga tampak demikian.

Sungguh di luar dugaanku...

Oleh Fidela Monica H.
Penulis adalah siswa SMPK Santa Agnes Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar